Selasa, 19 Juni 2012

Perspektif Rahbar Tentang Kenabian Rasulullah SAW (Bi’stah)


Oleh Ahmad Zein Fahruddin·
Hakikat dan Risalah Bi'tsah

Merayakan hari pengutusan Nabi Muhammad SAW ( Bi'tsah Nabi) lebih dari sekedar peringatan untuk sebuah peristiwa besar. Perayaan hari Bi'stah adalah pemaparan pelajaran-pelajaran besar yang tertuang dalam bi'tsah dan kini sangat diperlukan oleh umat manusia, khususnya umat Islam. Umat manusia sekarang terdera oleh dominasi kekuatan-kekuatan Thaghut, kezaliman, diskriminasi, degradasi, dan oleh kesewenang-wenangan kelompok kecil terhadap masyarakat umum. Kehidupan manusia zaman sekarang sedang dipermainkan oleh obsesi-obsesi yang sama sekali tak mengindahkan spiritualitas, dan obsesi ini sangat dominan dalam diri mereka. Manusia zaman ini lebih memerlukan pesan yang terkandung dalam Bi'tsah.

Bi'tsah Nabi SAW pertama adalah dalam rangka menyerukan Tauhid. Jangan kira Tauhid hanya merupakan satu teori filsafat dan pemikiran semata. Sebaliknya, Tauhid adalah satu pola hidup yang dikendalikan oleh kesadaran bahwa Allah SWT adalah segalanya, dan dengan kesadaran ini segala kekuatan lain tidak akan ada artinya lagi. Kalimat "lailahaillallah" yang merupakan seruan utama Nabi kita dan seluruh nabi menegaskan makna bahwa manusia dalam menempuh perjalanan hidup dan memilih gaya hidup jangan sampai terlancangi oleh kekuatan Thaghut dan syaitan dan jangan pula dikendalikan oleh hawa nafsu. Jika Tauhid dalam maknanya yang telah dijelaskan oleh Islam dan dibawa oleh seluruh nabi ini terimplementasikan dalam kehidupan masyarakat Muslim dan umat manusia secara umum, maka manusia akan menggapai kebahagian serta kesejahteraan hakiki dunia dan akhirat. Dunia akan menjadi arena untuk proses kesempurnaan sejati manusia.

Dalam perspektif Islam, dunia adalah gerbang menuju akhirat. Islam tidak menegasikan dunia dan kenikmatan-kenikmatannya. Islam menuntut manusia untuk mengaktivasikan berbagai potensi dan kecenderungannya di pentas kehidupan. Namun, semua ini harus dikerahkan untuk membangkitkan keagungan ruh dan spiritualitas manusia agar kehidupan di dunia ini menjadi indah dan menyenangkan. Dunia seperti ini tidak akan menyediakan ruang untuk kezaliman dan kebodohan. Ini tentu berat dan memerlukan mujahadah, dan Nabi SAW sudah memulai mujahadah ini sejak dini.

Apa yang diserukan Rasulullah SAW tak lain adalah apa yang sangat diperlukan oleh umat manusia di sepanjang sejarah kehidupannya. Beliau menyerukan kepada manusia supaya menimba ilmu. Al-Quran bahkan mengapresiasi ilmu di ayat yang pertama kali turun;

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ، خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ، قْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ، الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar dengan perantaran kalam,..." (QS.96.1-4)

Ilmulah yang pertama kali dipaparkan, sebab ilmu adalah sarana keselamatan dan kesejahteraan manusia, dan ini berlaku untuk selamanya dan dimana saja. Rasul menyerukan kepada manusia agar bergerak dan bangkit. Diantara ayat-ayat yang pertama kali turun kepada Nabi SAW adalah ayat;
قُمْ فَأَنذِرْ
"Bangkitlah, lalu beri peringatan." (QS.74.2)

Ayat ini menyerukan kebangkitan, pergerakan, upaya mengubah stagnasi dan kejumudan, serta menyerukan agar manusia memiliki rasa tanggungjawab. Allah SWT berfirman;
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُم بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُوا لِلَّهِ
"Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu bangkit di jalan Allah.'" (QS.34.46)

Bangkit di jalan Allah berlaku untuk semua kondisi kehidupan manusia. Tanpa kebangkitan dan gerakan, manusia tidak akan dapat mencapai cita-cita luhurnya. Rasulullah SAW menyeru manusia agar menyucikan dan membina jiwanya (tazkiyah). Allah SWT berfirman;
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah." (QS.62.2)

Tazkiyah adalah syarat pertama. Tanpa tazkiyah, ilmu akan menjadi alat penebar kerusakan, dekadensi, kesesatan, dan ketergelinciran manusia sebagaimana yang kita saksikan di dunia dewasa ini. Ilmu malah membelenggu bangsa-bangsa dunia, mengaburkan hakikat, dan menebar kelaparan untuk banyak manusia. Di berbagai penjuru dunia sekarang banyak manusia yang tak dapat menikmati kekayaan alamnya sendiri dan terpasung dalam kemiskinan dan kepapaan akibat ulah kaum imperialis yang kebetulan menguasai ilmu pengetahuan. Ini adalah fakta dunia kontemporer. Para neo-imperialis dunia terus menggunakan ilmu sebagai media untuk menebar kesengsaraan pada manusia. Mereka membelenggu manusia dan menggiringnya menuju liang kematian, ketiadaan, dan kehancuran. Dan ini adalah hasil dari ilmu pengetahuan yang minus tazkiyah.

Islam menebar semangat persaudaraan, menolak diskriminasi, dan menentang rasisme. Islam menyerukan manusia supaya menghormati orang-orang yang bertakwa. Takwalah yang harus dijadikan tolok ukur. Dan takwa adalah pengawalan atas perilaku diri, kepatuhan kepada rambu-rambu, perencanaan hidup. Ini adalah kebutuhan manusia yang tidak memiliki batas ruang dan waktu. Umat Islam harus mengindahkan masalah-masalah ini dan berusaha menerapkannya sebaik mungkin. Dan ini memerlukan tekad dan kehendak yang bulat di tengah bangsa-bangsa Muslim beserta para pemimpin (umara) mereka. Dalam sebuah doa disebutkan;
وَ قَدْ عَلِمْتُ اَنَّ اَفْضَلَ زَادِ الرَّاحِلِ اِلَيْكَ عَزْمُ اِرَادَةٍ يَخْتَارُكَ بِهَا
"Dan aku telah mengetahui bahwa sebaik-baik bekal untuk orang yang hijrah kepada-Mu adalah tekad kehendak yang membuatnya memilih jalan-Mu" (Mafatihul Jinan: Doa hari Mab'ats)

Tentu ini adalah perjalanan yang berat, tapi akan mudah dilakukan jika manusia memiliki tekad yang kuat. Islam mengajarkan kita demikian. Kita sudah mencobanya dalam kehidupan ini dan ternyata benar. Artinya, eksperimen pun membenarkan ajaran ini. Di awal masa keislaman, sebuah komunitas kecil yang walaupun terasing dari peradaban dan kesejahteraan hidup berhasil membumikan sebuah peradaban terbesar sepanjang beberapa abad dan dimanfaatkan oleh masyarakat dunia adalah berkat konsistensi kepada ajaran dan prinsip ini. Ini adalah pengalaman kita di masa lalu. Sedangkan sekarang, kita di Republik Islam juga selalu berprestasi selagi kita memiliki kehendak yang kuat, bertawakkal kepada Allah SWT, mengerahkan segenap kemampuan kita, mengesampingkan hawa nafsu, dan mengutamakan cita-cita.

Membangun masyarakat dan peradaban yang merupakan salah satu tujuan terbesar Islam sudah tentu merupakan pekerjaan yang harus berhadapan dengan kendala permusuhan dari pihak lain. Sebagaimana di era permulaan Islam, sekarang pun pembentukan pemerintahan dan masyarakat Islam juga masih berhadapan dengan badai permusuhan. Dunia Islam dan bangsa-bangsa Muslim kini mulai menemukan spirit kehormatan Islam. Mereka menemukan rasa bangga menjadi seorang Muslim. Dikehendaki atau tidak oleh pihak musuh, kebangkitan Islam sudah menjadi satu realitas. Untuk melanjutkan proses ini diperlukan tekad yang kuat dari para pemimpin negara-negara Islam.....

Kita harus berhati-hati dan jangan sampai tergelincir. Kita jangan sampai tertipu oleh daya tarik kenikmatan-kenikmatan duniawi, sebagaimana kita juga jangan sampai terpengaruh oleh gertakan pihak musuh. Kita harus memperkuat persatuan kita dari hari ke hari dan tak perlu kita disibukkan oleh masalah-masalah sekunder. Masalah primer kita sekarang ialah mempertahankan eksistensi Republik Islam Iran dan identitas Islam negara ini. Umat Islam bersimpati pada Anda, dan Anda berhasil menjadi sebuah model untuk khalayak dunia. Musuh ingin menghancurkan model ini. Target musuh bukan kekandasan Iran, melainkan kekandasan dunia Islam.
(Petikan pidato Rahbar di depan para pejabat Republik Islam Iran pada peringatan hari Bi'tsah Nabi SAW tanggal 15 Oktober 2001)________________________________________

Pesan yang terkandung dalam bi'tsah Nabi SAW dapat kita tinjau pada bagian-bagian paling menonjol dalam Al-Quran. Saya akan menyinggung dua pesan diantaranya agar kita mengetahui betapa ini sangat penting bagi kita umat Islam dan bagaimana Islam membuatkan rencana untuk kita. Salah satunya adalah pesan yang disebutkan dalam firman Allah;
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
"Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS.14.2)

Ini adalah pesan pembebasan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang. Dalam banyak hal manusia mudah membedakan antara terang dan gelap. Islam dan bi'tsah Nabi membawa pesan yang mengikat manusia agar tidak terjerumus dalam gelapnya kebodohan, kebiasaan buruk, perangai buruk, fitnah antar sesama manusia, mitos-mitos yang bercokol dalam benak manusia, kezaliman, penindasan. Pesan bi'tsah mengingatkan manusia bahwa semua ini dapat menggelincirkan manusia dari jalan yang lurus; mengingatkan manusia bahwa semua ini adalah kegelapan, dan menggiring manusia menuju cahaya. Pesan ini terulang di berbagai ayat lain dalam Al-Quran. Bi'tsah mencanangkan perubahan besar dalam kehidupan manusia dari berbagai aspek, termasuk sosial, penentuan arah dan tujuan, dan aspek individu.

Pesan menonjol lainnya ialah menyangkut tazkiyah nafs ; penyucian jiwa. Pesan ini tertuang dalam berbagai ayat Al-Quran dan hadist Nabi SAW yang sangat popular di seluruh kalangan umat Islam yaitu;
بُعِثتُ لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلَاقِ
"Aku diutus untuk menyempurnakan keutamaan akhlak." (Mir'aatul Uqul juz 7 hlm.347)
(Petikan pidato Rahbar dalam pertemuan dengan para pejabat Republik Islam Iran pada peringatan hari Bi'tsah Nabi SAW tanggal 9 Desember 1996)________________________________________

Hari Bi'tsah, Hari Lahirnya Nilai Terluhur

Hari Bi'tsah sungguh merupakan hari terbesar dalam sejarah umat manusia; hari lahirnya ajaran dan nilai yang paling terkemuka dan agung. Bi'tsah Nabi Besar Muhammad SAW adalah satu gerakan keilmuan dengan tujuan membawa manusia kepada kesempurnaan pribadi, ruhani, dan spiritual sekaligus kepada perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan sosial. Apa yang dipersembahkan oleh Bi'tsah Nabi untuk umat manusia bukanlah seperangkat ajaran yang kering dan tidak menyediakan ruang bagi seseorang untuk mengelola urusan sosial. Sejak awal, muatan bi'tsah ini sudah terkristal dalam diri Nabi Besar Muhammad SAW sebelum kemudian dalam jiwa dan perilaku kaum mukminin. Sejak itu pula jahiliyah terpukul oleh pesan yang terkandung dalam bi'stah sehingga melakukan perlawanan. Ini adalah karakteristik bi'tsah para nabi, dan bukan hanya bi'tsah Nabi terakhir. Para nabi bergerak dan mengamalkan apa yang mereka ajarkan kepada umatnya. Mereka adalah orang-orang yang terdepan dalam menempuh jalan ini.

(Petikan pidato Rahbar dalam pertemuan dengan para pejabat dan pegawai pemerintah Republik Islam Iran pada peringatan Hari Raya Bi'tsah tanggal 20 Desember 1995)________________________________________

Berkah-Berkah Bi'tsah Nabi

Terbentuknya umat Islam dengan segala keistimewaan dan karakteristiknya adalah salah satu berkah yang mengalir dari bi'tsah yang agung ini. Umat Islam bukan semata-mata komunitas yang hanya berkerumun di seputar urusan akidah. Sebaliknya, sebagaimana yang dicanangkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW dan ajaran Al-Quran, umat Islam adalah satu komunitas manusia yang menikmati ilmu pengetahuan, akhlak mulia, kebijaksanaan, relasi yang sehat, dan kehidupan sosial yang berspiritkan keadilan. Kondisi ini menghasilkan pencapaian manusia kepada puncak kesempurnaan melalui potensi yang sudah dianugerahkan Allah kepada manusia.

Umat Islam adalah cerminan tarbiyah Islam, dan ini telah dimulai oleh Rasulullah SAW sejak kondusifitas situasi masih nol. Pasca detik-detik bi'tsah, gema Tauhid dipekikkan oleh Rasul SAW ketika seluruh penjuru dunia tenggelam dalam kekufuran, kezaliman, dan keterasingan dari akhlak, dan manusiapun terpasung dalam berbagai problema dan kebiadaban. Gerakan Tauhid mewarnai kehidupan beliau secara ajaib selama 13 tahun. Setelah itu, beliau menanam benih kemakmuran umat Islam di Madinah. Apa yang menumbuhkan benih ini menjadi kemakmuran umat seperti yang kita lihat pada abad keempat dan kelima Hijriah tak lain adalah keimanan yang cemerlang, ajaran yang terang dan universal, tekad yang bulat, dan perjuangan yang berkesinambungan. Inilah faktor yang telah menyulap komunitas ribuan orang di Madinah pada hari-hari pertama hijrah Nabi SAW menjadi umat yang besar, tangguh, cerdas, agung, dan mengalirkan ilmu dan kebijaksanaan kepada dunia pada abad keempat dan kelima Hijriah sebagaimana yang diungkapkan sejarah kepada kita semua.

Mengabaikan Ajaran Islam, Sebab Kemunduran Umat

Mengabaikan ajaran Islam akan menyebabkan umat Islam kandas dan mundur di tengah berbagai ujian dan rintangan yang menghadangnya. Mengabaikan ilmu, akhlak, hubungan sosial, kekuatan spiritual, martabat, persatuan, dan terutama keadilan akan menghambat perkembangannya dan menyebabkan kemunduran, serta membuka peluang bagi kekuatan-kekuatan antagonis untuk memporak-porandakan dan mengadu domba umat Islam dan menjarah kekayaan mereka.

Di era modern ini, Islam sejak beberapa dekade lalu mulai menunjukkan kebangkitannya berkat upaya untuk kembali kepada ajaran Islam. Bendera Tauhid kembali berkibar dan melahirkan pemerintahan Republik Islam di Iran, sebuah wilayah vital di Dunia Islam, sehingga identitas dan kehormatan umat Islam kembali menyala. Kita sekarang sedang menjalani pengalaman untuk memutarbalik arah kemunduran umat yang berjalan selama sekian abad. Karena itu, sekarang umat Islam diperangi agar proses kebangkitan ini lumpuh sebelum tumbuh. Terdorong oleh keserakahan terhadap melimpahnya sumber daya kekayaan alam dan manusia yang ada di Dunia Islam -seperti yang mereka akui sendiri- , sekarang kekuatan arogan dan antagonis mengobarkan perang sambil membentangkan bendera-bendera absurd tentang demokrasi dan kebebasan sebagai kedok untuk memusnahkan Islam, yaitu formula yang telah mengangkat kehormatan umat Islam, dan sebagai kedok untuk membuyarkan sentra perlawanan agar di kawasan ini tidak ada lagi kendala yang menghadang aksi para pemangsa.

(Petikan pidato Rahbar di depan para pejabat dan pegawai Republik Islam Iran pada perayaan hari Bi'tsah Nabi SAW tanggal 13 September 2004)________________________________________

Islam, Resep Penyembuhan Universal

Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman;
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah." (QS.62.2)

Ayat ini bukan berarti bahwa dengan datangnya Islam dan Rasul terakhir semua jiwa manusia akan atau sudah tersucikan dengan sendirinya. Ayat ini bukan berarti bahwa setelah terbitnya Al-Quran manusia akan memilih proses kesempurnaan dan tidak ada lagi kezaliman, diskriminasi, kebejatan, dan kebodohan. Ketika kita mengatakan bahwa Rasulullah SAW dan Islam datang demi menegakkan keadilan, menyelamatkan kaum mustadh'afin, dan menghancurkan berhala-berhala yang bernyawa maupun yang tak bernyawa bukan berarti kehidupan manusia akan steril dari kezaliman, antagonis, dan berhala. Fakta malah sebaliknya; walaupun matahari Islam sudah terbit, kehidupan umat manusia di pelbagai penjuru dunia, tak terkecuali wilayah Islam -tentu setelah berlalunya beberapa belas tahun-, muncul kembali berhala-berhala, antagonisme, dan despotisme. Singkatnya, semua kegagalan yang sejak dulu memasung perjalanan manusia masih saja terulang dan terulang lagi.

Dengan demikian, ungkapan yang menyebutkan bahwa tujuan bi'tsah adalah menyelamatkan manusia, memiliki arti dan maksud lain, yaitu bahwa Rasulullah SAW dan Islam memberikan kepada manusia sebuah resep penyembuhan yang berlaku sepanjang masa. Resep ini ampuh untuk menyembuhkan kebodohan, mengatasi kezaliman, membasmi diskriminasi, melawan penindasan, dan mengobati semua penderitaan yang selalu dikeluhkan oleh umat manusia. Sebagai sebuah resep, percuma ia diberikan jika ternyata diabaikan, atau disalahartikan, atau tidak ada keberanian untuk menerapkannya. Keberadaannya bahkan sama saja dengan ketiadaannya. Sehebat apapun dokter yang memberikan resep dan sehebat apapun resep yang diberikannya, apa pengaruhnya pada pasien jika pasien tidak dapat membacanya, salah memahaminya, atau mengabaikannya?! Dan apa patut dokter yang disalahkan?!

Dalam kitab Nahjul Balaghah terdapat ungkapan indah dari Imam Ali as tentang keadaan ketika terjadi kemunculan Islam dan bi'tsah Nabi SAW yang diantaranya ialah;
وَ الدُّنْياَ كَاسِفَةُ النُّوْرِ ظَاهِرَةُ الغُرُوْرِ
"Dan [ketika itu] dunia dirundung gerhana, menampilkan keangkuhan."

Di bagian lain diungkapkan;
فِى فِتَنٍ دَاسَتْهُمْ بِاَخْفَافِهَا وَ وَطَأَتْهُمْ بِأَظْلَافِهَا وَ قَامَتْ عَلَى سَنَابِكِهَا
"(Beliau) berada di tengah petaka yang mereka (kaum jahiَliyah) tebar dengan segala kehinaannya, yang mereka jalani dengan segala kebatilannya, dan yang berdiri di sisi-sisi jurangnya."

Manusia selalu saja tenggelam dalam problematika utamanya dan tak menemukan jalan keluar setiap kali dihadapkan pada cobaan. Kezaliman pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah, pembunuhan terhadap sesama, dan kebejatan moral selalu ada dan dominan selagi manusia tidak membersihkan jiwanya. Dalam kondisi demikian, resep penyembuhan harus diimplementasikan, dan resep ini tidak akan pernah kadaluarsa.
(Petikan pidato Rahbar pada tanggal 2 Februari 1992)________________________________________

Situasi Masa Jahiliyah

Bi'tsah Nabi Muhammad SAW merupakan era baru bagi umat manusia. Lingkungan sekitar yang menjadi tempat terbitnya risalah ini adalah dunia yang sangat buruk dan mengenaskan; dunia yang sarat daya tarik kebendaan, kebinatangan, kesewenang-wenangan, diskriminasi, kebejatan, aniaya, dan nafsu yang tak mengenal batas. Kondisi ini terjadi bukan hanya di kawasan Semenanjung Hijaz, tetapi juga melanda dua imperium besar yang mengitarinya, yaitu Dinasti Sasania Persia dan Kerajaan Romawi. Kejahiliyahan yang mendera kehidupan masyarakat umum sebelum Islam terbit adalah fenomena yang melanda semua tempat. Di zaman itu, fitnah yang melumpuhkan umat manusia ada di seluruh kawasan yang mengelilingi jazirah Arab. Ilmu dan peradaban pada saat itu bukannya tidak ada, begitu pula tatanan pemerintahan, seremoni, dan aturan-aturan yang diterapkan oleh penguasa-penguasa absolut di berbagai wilayah. Semua sudah ada kecuali cahaya dan nilai-nilai kemanusiaan, kasih sayang, dan keadilan yang justru merupakan kebutuhan yang paling pokok bagi umat manusia.

Karena tak mengenal keadilan, maka pihak yang lemah selalu berada di bawah telapak kaki pihak yang kuat. Penderitaan manusia yang terbesar ialah tidak adanya pemerataan dalam pembagian kesejahteraan; kenikmatan dunia dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu sementara yang lain dibiarkan menderita. Inilah penyakit yang menimpa umat manusia saat itu. Hanya saja, penyakit ini memiliki bentuk dan ciri khasnya sendiri di masing-masing wilayah Persia dan Romawi yang sudah berperadaban dan Hijaz yang masih primitif.

Islam kemudian muncul melawan fenomena ini, dan bi'tsah Nabi bukan untuk kalangan tertentu, melainkan mencakup seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman;
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ
"Al-Quran tidak lain adalah peringatan untuk semesta alam."

Rasulullah SAW berhasil menghadapi dan mengubah kenyataan yang sangat mengenaskan tersebut. Beliau berhasil mendobrak benteng-benteng ketidakadilan sehingga sebagian diantaranya runtuh dan sebagian lainnya menanti keruntuhan. Beliau menghadapi semua kendala dan kenyataan yang paling sulit dan berat.

Adalah bahaya yang tak kepalang tanggung besarnya bagi umat manusia ketika kenistaan dan kebejatan telah berbekal kekuatan, pedang, kehendak, dan garis politik. Manusia di abad ke-21 yang sarat klaim ini, akibat berbagai kelemahan yang ada sedang bergerak ke arah dimana penguasa atau sekumpulan penguasa berdiri mengandalkan kehebatan otot dan senjatanya sambil membuat-buat hak untuk diri mereka sendiri. Ini tak ubahnya dengan kondisi yang mewabah di era bi'tsah Nabi AS. Mendapati kondisi seperti ini, Rasulullah SAW tidak lantas berkata; "Apa boleh buat, ini sudah kenyataan." Beliau tak seperti sebagian orang yang ingin menutup-nutupi kelemahannya dengan cara berkata demikian.

Ini bukan realitas yang mengharuskan kita untuk menyerah. Ini bukan realitas alam yang tak dapat diubah, bukan sesuatu yang dipaksakan kepada manusia, dan bukan kenyataan yang memang menuntut manusia agar dapat menyesuaikan diri dengannya. Ini adalah realitas dimana sekelompok kecil manusia mengintimidasi dan menindas manusia-manusia lainnya dengan mengandalkan senjata. Karena itu, jelas tidak logis jika kita mengatakan bahwa antagonisme adalah kenyataan yang harus diterima dengan alasan ‘apa boleh buat'. Ini adalah kenyataan yang dipaksakan. Pribadi-pribadi besar, para pemuka agama Ilahi, dan para pemikir besar selalu berusaha melawan dan mengubah fenomena ini, dan inilah hakikat bi'tsah Nabi SAW.

Pada awal bi'tsah Nabi SAW di Mekkah bergema seruan;
قُوْلُوْا لَااِلَهَ‏اِلَّااللَّه تُفْلِحُوا
"Ucapkan tiada Tuhan selain Allah agar kalian beruntung."

Secara obyektif, orang tidak akan menduga seruan ini suatu saat nanti akan berjaya. Sebab situasi sama sekali tidak kondusif untuk seruan ini. Berhala-berhala yang diagungkan saat itu sudah bergelayutan di dinding-dinding Ka'bah. Eksistensi berhala didukung kuat oleh fanatisme jahiliah para pemuka Mekkah dan bangsawan-bangsawan berpengaruh. Mereka semua menghempaskan kalimat la ilahaillah. Di luar mereka, ada lagi kekuatan raksasa imperium Sasanian dan Romawi. Di tengah kondisi demikian, mana mungkin orang akan berpikir bahwa seruan itu relevan untuk diangkat ke publik dan ditindaklanjuti?! Manusia-manusia berjiwa lemah sejak awal sudah pasti mundur. Namun, keagungan tugas, risalah dan bi'tsah telah membuat Nabi Muhammad SAW tampil ke depan. Ini karena bi'tsah adalah sebuah kebangkitan yang datang untuk mengubah realitas di Hijaz sebelum kemudian realitas di seluruh penjuru dunia lain yang sudah menikmati peradaban saat itu. Dalam kurun waktu dua puluh sekian tahun, semua realitas itu berubah.

Tak sampai setengah abad kemudian, lebih dari separuh dunia peradaban terwarnai oleh Islam. Jangan kira pemerintahan-pemerintahan seperti imperium kuat tidak memiliki ilmu pengetahuan, akal, institusi, kekuatan militer, klaim, kecongkakan, dan arogansi. Tapi semua ini teratasi ketika keimanan yang tegas, jelas, dan rasional bersemayam dalam jiwa orang-orang yang memiliki kepedulian, keikhlasan, dan semangat pengorbanan.

Sekarang juga demikian. Keimanan yang ada dalam Islam adalah keimanan yang rasional, argumentatif, dan menjamin kebaikan dan kebahagian umat manusia. Ajaran Islam adalah ajaran yang mengayomi norma-norma kemanusiaan, memupuk kasih sayang, dan menebar tali persaudaraan antarsesama umat manusia. Islam adalah ajaran yang dalam hukum sosialnya selalu menerapkan pedoman;
لَنْ تَقْدِسَ اُمَّةٌ لَايُؤْخَذُ لِلضَّعِيْفِ فِيْهَا حَقُّهُ مِنَ الْقَوِىِّ غير متعتع
"Tidak akan suci umat yang di dalamnya hak yang lemah terhadap yang kuat tidak diindahkan." (Biharul Anwar juz 74 hlm.259)

Dalam perspektif Islam, anggota masyarakat yang lemah dan tak memiliki apa-apa bisa dengan mudah mendapatkan haknya dari pihak yang kuat dan kaya. Inilah pesan Islam. Inilah masyarakat Islami yang benar. Pesan inilah yang sekarang mengundang simpati bangsa-bangsa dunia. Mana ada negara yang menerapkan pesan ini?! Demokrasi, liberalisme, dan klaim-klaim HAM manakah yang mengangkat dan memperjuangkan isu seperti ini?! Yang ada sekarang justru hal yang sebaliknya. Islam sampai sekarang masih eksis dengan pesannya yang hidup, berpengaruh, dan berasaskan logika tersebut. Islam kini telah membuktikan berbagai kemampuannya, dalam konteks Iran maupun dalam konteks pengalaman di kawasan sekitarnya.

(Petikan pidato Rahbar dalam pertemuan dengan para pejabat Iran pada perayaan hari Bi'tsah Rasulullah SAW tanggal 5 Oktober 2002)________________________________________

Tugas Kita di Tengah Perkembangan Islam dan Budaya Islam

Tak syak lagi, percaya kepada Allah dan hukum-hukum Ilahi adalah salah satu faktor kemajuan Islam. Allah SWT berfirman;
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
"Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya."

Rasul sendiri serta kaum mukmin yakin sepenuhnya kepada pesan, syiar, hakikat, dan kesempurnaan Islam bagi keselamatan umat manusia. Keyakinan bulat inilah yang menjadi faktor penting. Faktor lain yang juga signifikan ialah sikap tidak mementingkan kepentingan pribadi. Dalam berbagai riwayat (Biharul Anwar juz 73 halaman 113 dan Nahjul Balaghah Surat 27 dan 59 serta Khutbah 34) atau hadits-hadits Nabi SAW dan ucapan para imam maksum as serta para tokoh agama banyak sekali pesan supaya umat tidak mementingkan urusan dan kesenangan pribadi dan duniawi. Sebab ini adalah satu faktor yang sangat penting.
Hanya saja, musuh-musuh Islam dan orang-orang Islam yang berpikiran dangkal selalu beranggapan atau berusaha mengesankan bahwa jargon zuhud yang ada dalam Islam tak lain adalah perintah supaya pribadi-pribadi Muslim tidak menggubris fenomena alam dan kehidupan. Padahal yang dimaksud bukan demikian, melainkan tidak menggubris hal-hal duniawi yang tercela, yaitu kebiasaan kita memikirkan dan memburu kepentingan materi pribadi. Dalam Islam, inilah yang dianggap sebagai faktor kelemahan, destruktif, dan biang segala keburukan.

Para wali Allah adalah orang-orang yang berjuang di jalan ini dengan penuh semangat dan tanpa mengenal lelah. Karena itu, doa Nudbah yang indah itu (Al-Iqbal, karya Ibnu Thawus juz 1 hlm. 504) diawali dengan puji syukur kepada Allah atas segala anugerah-Nya kepada para wali-Nya dan ini menjadi ungkapan-ungkapan indah dan mencerminkan rasionalisme tinggi yang antara lain ialah;
بَعْدَ اَنْ شَرَطْتَ عَلَيْهِمُ الزُّهْدَ فِى دَرَجَاتِ هَذِهِ الدُّنْيَا الدَّنِيَّهِ وَ زُخْرُفِهَا وَ زِبْرِجِهَا
"Setelah Engkau gariskan kepada mereka kezuhudan dalam jenjang-jenjang dunia beserta segala hiasan dan keindahannya yang hina ini."

Allah SWT mengangkat para wali-Nya ke jenjang kesempurnaan yang tertinggi dan tak akan pernah sirna. Allah memilih mereka dan memberikan anugerah sedemikian besar kepada mereka. Namun, untuk anugerah ini Allah telah menetap syarat. Rasulullah adalah sosok yang berada di puncak kesempurnaan wujud manusia. Ini mustahil terjadi tanpa bantuan Ilahi. Namun, bantuan ini diberikan bukan tanpa syarat. Syaratnya ialah seperti yang terungkap dalam pujian pada doa tadi; kezuhudan terhadap jenjang-jenjang dunia beserta segala hiasan dan keindahannya yang hina ini.

Mereka pun menerima syarat ini dan ketika itulah muncul figur-figur seperti Rasulullah SAW dan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. Jadilah manusia yang bermental baja, tak kenal lelah, dan tahan banting. Mereka telah memikul beban yang sangat berat, dan beban ini tidak terbatas pada zaman mereka. Ini bukanlah gerakan yang berakhir setelah usia mereka berakhir. Ini adalah gerakan yang tak mengenal batas akhir. Ini adalah gerakan yang terus berkelanjutan. Anda sekarang melihat bagaimana Islam tetap berkilau meskipun usianya sudah 14 abad. Ini terjadi karena orientasinya adalah figur agung Rasul dan perjuangan atau mujahadah. Mujahadahlah yang melestarikan gerakan ini. Apa yang dilakukan oleh hamba-hamba Muslim, mukmin, dan para tokoh di jalan ini adalah kontribusi besar pada gerakan ini.

Harapan kita sekarang ialah para tokoh Dunia Islam, baik umara maupun ulama, tidak menomor satukan kepentingan pribadi. Harapan kita kepada masyakarat dan para pemuka kita ini bukanlah harapan agar kita dan mereka berlaku persis seperti perilaku dan perangai Nabi SAW, sebab jarak kita masih jauh untuk bisa sampai ke sana. Kita sendiri juga berharap demikian dari diri kita, sebagaimana kita berharap kepada yang lain di Dunia Islam untuk tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan "keakuan". Jangan utamakan hal-hal lain. Utamakanlah Islam, perjuangan untuk kekuatan Islam, kedaulatan Islam, kemajuan Islam. Jika ini terjadi, tak syak lagi banyak kekuatan yang terkandung dalam Islam akan kembali kepada umat Islam sendiri.

Imam Khomeini ra, figur yang telah menanggung beratnya beban kepedulian, keimanan, keyakinan, kecintaan, dan gerakan rakyat sehingga berhasil menciptakan keadaan seperti sekarang ini, adalah figur dimana inti yang terpenting dalam dirinya adalah kesadaran untuk mengenyahkan ego dan keakuan. Beliau berhasil karena oritensi beliau adalah tugas dan kewajiban. Tapi tentu ini semua juga didukung oleh berbagai keistimewaan beliau lainnya. Di bawah naungan Republik Islam Iran selama 20 tahun ini, kita selalu berhasil melangkah maju selagi kita mengutamakan kewajiban dan cita-cita serta mengesampingkan ego dan hawa nafsu kita. Jika terjadi sebaliknya, kita malah terpukul. Di era perang yang dipaksakan rezim Saddam terhadap Iran yang berlangsung selama delapan tahun, orang-orang yang terlibat dalam pertahanan tentu lebih mengetahui bahwa kita selalu dapat bergerak maju ketika yang dominan adalah spirit untuk untuk melaksanakan kewajiban. Sebaliknya, kita malah rentan jika yang dominan adalah ambisi pribadi. Hal yang sama juga terjadi sekarang.

Sejak dulu sampai sekarang, musuh yang kalap tak dapat berbuat apa-apa dalam melancarkan aksi permusuhannya terhadap pemerintahan Islam Iran. Sebab itu mereka berusaha keras untuk mencegah terulangnya kembali kenyataan seperti ini di negara-negara Islam lainnya. Ini karena kondisi sudah tak mendukung untuk berbuat kalap. Inilah yang telah diciptakan oleh pemerintahan Islam Iran, dan ini merupakan kewajiban besar bagi kita; kewajiban pertama yang terpikul di pundak kita. Dalam pemerintahan Islam ini kita semua memiliki tanggungjawab di bidang masing-masing; eksekutif, permusyawaratan, penelitian, pembuatan undang-undang. Kita semua harus meningkatkan semua faktor penunjang kekuatan dan vitalitas kita sebagaimana yang sudah diperlihatkan oleh sejarah Islam dan oleh pengalaman kita sendiri dalam menjalani kehidupan. Kita harus meningkatkan keyakinan kita kepada Allah, kepada apa yang diberikan Islam untuk kita. Kita harus bebas dari keakuan atau mengurangi harapan-harapan yang bersifat pribadi, primordial, partisan, dan ambisi politik. Dari situ kita lantas menuju persatuan yang hakiki di bawah naungan hukum Ilahi, yaitu persatuan yang mensyaratkan keimanan yang satu, kecintaan yang satu, dan tujuan yang satu.

(Petikan pidato Rahbar pada tanggal 6 November 1999)________________________________________

Di sini ada dua poin yang harus diperhatikan. Satu poin adalah menyangkut kita sendiri. Kita harus memperhatikan semua elemen yang bertanggungjawab dalam pemerintahan ini. Kita harus mengenal diri kita dan bertindak bukan hanya sebagai seorang pimpinan atau penguasa, tetapi juga sebagai eksponen sebuah gagasan baru di dunia. Kita harus demikian dalam menyesuaikan perilaku kita dengan Islam. Kita mesti menjaga kejernihan dan independensi gagasan dan pemikiran ini.

Satu poin lagi adalah menyangkut kita dengan khalayak dunia. Media massa kaum arogan berusaha mencitrakan Republik Islam Iran sebagai negara antagonis, agresor, dan pengacau tatanan dunia. Padahal kita tidak demikian. Kita hanya menyodorkan apa yang dibutuhkan oleh umat manusia. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata;
طَبِيْبٌ دَوَّارٌ بِطِبِّهِ قَدْ اَحُكَمَ مَرَاهِمَهُ وَاَحْمَی مَوَاسِمَهُ
"Dokter keliling telah mengencangkan balut-balut luka pasiennya dan menghangatkan bagian-bagian yang diobatinya."

Kita membawa rangsel yang berisikan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit manusia modern. Pihak yang tak suka silakan mengabaikannya. Kita tak punya masalah dengan orang lain. Yang jelas, manusia sedang menderita krisis jatidiri, krisis spiritualitas, krisis penghormatan kepada tradisi kemanusiaan; ayah tidak menyayangi anaknya, anak tidak menghormati ayahnya, orang tak lagi menjaga tradisi lama, tidak lagi mengakui nilai kecuali nilai individual. Ini jelas krisis, dan sedang diderita oleh bangsa-bangsa Barat. Obatnya adalah Islam. Para hartawan kian hari kian bergelimang harta. Ada perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan kekayaan secara fantastis. Tapi di sisi segunung kekayaan ini, ada orang-orang yang tidur di malam hari beralaskan kardus yang digelar di atas aspal. Ini problema Barat.

Sudah ribuan pesan tentang perkawinan, pembinaan rumah tangga, dan lain sebagainya dipublikasikan, tapi konstruksi rumah tangga di negara-negara Barat semakin hari semakin keropos. Jika tekanan mental menimpa kaum remaja, menerpa para pendosa itu sendiri, menerjang bangunan rumah tangga, mengusik kebahagiaan anak-anak, dan menyelimuti semua orang, lantas apa penyebabnya?! Mengapa aksi bunuh diri sampai menjadi trend? ... Manusia mengerang akibat penyakit kronis ini, dan kita lantas menawarkan obatnya yang bernama Islam. Inilah makna penegasan kembali pesan bi'tsah dalam dunia kontemporer. Bangsa Iran menjadi pelopor. Bangsa Iran harus melaksanakan tugas ini dengan penuh rasa percaya diri, sebab dunia memerlukan kita. Pesan kita adalah pesan Islam.

Satu diantara apa yang saya kemukakan, yaitu keramahan (rifq), adalah bagian dari faktor perkembangan Islam.
مَا كَانَ الرِّفْقُ فِى شَىْ‏ءٍ اِلَّا زَانَهُ
"Meramahi sesuatu tak lain adalah menghiasinya."

Ramah artinya adalah penyesuaian, tapi bukan berarti rentan. Ramah bukanlah tanggul lunak yang mudah menerima rembesan. Ramah artinya ialah tidak menimbulkan masalah, kericuhan, dan keresahan. Jadilah Anda unsur yang padat dan keras seperti besi baja. Baja tak membuat tangan Anda terusik atau tidak nyaman ketika menyentuhnya. Ramah juga demikian. Adakalanya tangan justru terluka oleh unsur yang tak sepadat baja, misalnya kayu. Sepotong kayu terkadang malah sangat mengusik. Omong kosong, pernyataan yang absurd, gosip, dan bualan belaka terkadang malah meresahkan semua orang. Sedangkan pernyataan yang berbobot, pikiran yang benar, bernas, dan disampaikan dengan mantap malah tidak menimbulkan keresahan, dan inilah Islam dan Al-Quran. Pelajaran yang diberikan bi'tsah kepada kita harus seperti ini.
Saudara dan saudari yang mulia, pelajaran yang mesti kita ambil dari Al-Quran ialah bahwa kita adalah eksponen dan garda sebuah risalah baru sebagaimana firman Allah SWT;
لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ
" Supaya Dia memenangkannya di atas segala agama-agama." (QS.61.9)

Islam datang untuk menjayakan spiritualitas secara normal. Ketika matahari memancarkan cahaya, nyala seribu lilinpun tidak akan menghasilkan cahaya lagi. Bi'tsah datang untuk kemenangan sedemikian rupa. Inilah pelita yang bersinar itu. Inilah matahari yang memancar itu. Sadarilah keagungan bi'tsah ini. Bi'tsah harus kita hidupkan dalam diri dan kehidupan kita. Kita juga harus selalu memohon pertolongan kepada Allah, dan Allah pasti akan menolong kita.(Petika pidato Rahbar pada tanggal 10 Januari 1994)________________________________________

Abad Sekarang Adalah Abad Pengalaman dan Tindakan

Bangsa-bangsa Muslim harus kembali kepada Islam. Banyak pintu yang sudah terbuka. Abad ke-13 Hijriah adalah abad pekikan para penyeru Islam. Ini adalah abad pengalaman yang bermula sejak awal-awal abad dimana marji' besar Mirza Shirazi terlibat konflik dengan kompeni Inggris yang mendorong beliau untuk mengeluarkan fatwa tegas dan menggerakkan bangsa Iran hingga terjadi peristiwa Revolusi Konstitusi di Iran, kemudian berlanjut dengan pergerakan Islam di India, kebangkitan Islam di wilayah barat Dunia Islam, Timur Tengah dan kawasan utara Benua Afrika, gerakan para peniaga Muslim, serta gerakan Sayid Jamaluddin dan para tokoh lainnya.

Abad itu boleh dikata sebagai abad pekikan dan perjuangan. Sedangkan abad selanjutnya, yaitu abad ke-15 yang sedang kita jalani sekarang, adalah abad eksperimen dan pengalaman. Abad ke-14 Hijriah adalah abad teriakan, kebangkitan, dan deklarasi, sedangkan abad ke-15 ini sejak permulaannya hingga penghujungnya nanti adalah abad eksperimen dan tindakan. Kita melihat bangsa-bangsa Muslim sudah cukup berpengalaman dan sedang giat bekerja. Dalam hal ini Iran tampil sebagai teladan utama, dan karena itu sudah banyak sekali problema yang menghadang kita. Umat Islam mesti memanfaatkan keteladanan ini. Bangsa-bangsa Muslim yang sekarang ingin merealisasikan gerakan Islam di negara mereka silakan menunjukkan kinerja yang lebih komprehensif daripada bangsa Iran. Semoga Allah membantu mereka jika mereka memang serius dan memiliki kepedulian.

Tak ada jalan lain bagi umat Islam kecuali kembali kepada agama mereka, kecuali membangun otoritas Islam, mengimplementasikan ajaran Islam. Jangan sekali-kali berharap kepada musuh bebuyutan Islam. Jangan pula berharap dapat menanggung resikonya. Silakan Anda melihat sendiri bagaimana sepanjang 13 tahun pasca kemenangan Revolusi Islam Iran ini musuh-musuh Islam berkomentar, menulis, dan bersikap terhadap Iran. Ini adalah pengalaman bagi bangsa-bangsa Muslim. Semua ini memang harus dijalani dengan serba berat, tapi ini adalah awal dari sebuah kebahagiaan. Kebebasan, kejayaan, keberhasilan merebut kemenangan dan manisnya hasil kedaulatan Islam dan keterlepasan dari cengkraman para adidaya zalim memerlukan keberanian dan ketabahan menanggung beratnya beban dan kesulitan.

Hal yang sama juga terjadi pada masa-masa awal keislaman yang kemudian menghasilkan kejayaan umat Islam di dunia selama berabad-abad. Meskipun di kemudian hari pilar-pilar pemerintahan Islam mengalami korup, tetapi konstruksi awalnya yang kokoh masih tetap bertahan menerima banyak beban berat selama berabad-abad. Kitapun harus mampu memikul beban. Bangsa-bangsa Muslim harus berani berkorban agar dapat mengatasi semua kendala yang menghadang. Instrumen para adidaya dunia semakin hari pasti semakin melemah.

(Petikan pidato Rahbar pada pertemuan dengan para pejabat Republik Islam Iran tanggal 2 Februari 1992)

Sumber: http://indonesian.khamenei.ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar